Konflik sosial dan integrasi sosial timbul akibat adanya perbedaan, seperti kedudukan sosial, ras, etnis, agama, bahasa, ataupun kepemilikan harta, konflik yang timbul dari perbedaan tersebut kemudian dikendalikan oleh integrasi. Integrasi sosial diperlukan dalam suatu tatanan masyarakat agar tatanan tersebut tidak bercerai-berai walaupun ketika menghadapi beragam hambatan atau pertentangan.
Dalam konteks bangsa Indonesia, integrasi harus berjalan secara alamiah. Maksudnya, integrasi harus berjalan sesuai keanekaragaman budaya bangsa dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi peranan politik etnik tertentu.
Jika diperhatikan proses-proses tersebut dapat juga berfungsi untuk meredakan dan mengendalikan konflik,
a. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh pihak yang terlibat konflik. Akomodasi terjadi pada orang-orang atau kelompok yang mau tidak mau harus bekerja sama walaupun dalam kenyataannya mereka berbeda paham. Tanpa akomodasi dan kesediaan akomodasi, pihak yang terlibat konflik tidak akan mungkin bekerja sama untuk selama-lamanya. Jadi, dengan adanya akomodasi integrasi dapat terwujud. Bentuk-bentuk akomodasi adalah coarcion, compromise, arbitration, mediation, convention, consillation, adjudication, stalemate, caase fire, dan displacement.
b. Kerja Sama
Kerja sama merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman. Kerja sama dapat dijumpai dalam masyarakat mana pun, baik pada kelompok kecil maupun besar. Bentuk-bentuk kerja sama adalah bargaining, kooptasi, koalisi, dan Joint venture.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah kerja sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik, yaitu pihak yang menang terhadap pihak yang kalah. Misalnya, saat pemilihan ketua partai politik. Dalam pemilihan tersebut ada dua orang calon ketua OSIS. Setelah dilakukan pemungutan suara diperoleh satu calon ketua. Pemenang mengajak pihak yang kalah untuk bekerja sama demi keutuhan dan integrasi organisasi sekolah yang bersangkutan.
d. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang atau kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Misalnya, perkawinan antarsuku bangsa yang disebut amalgamasi.
a. Faktor Pembentuk Integrasi Sosial
Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor yang membentuk integrasi sosial dalam masyarakat.
1) Rasa Saling Memiliki (Sense ofBelonging)
Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok sosial dan kelas-kelas sosial yang beraneka ragam. Setiap kelompok perlu menyadari bahwa kelompok lain adalah bagian dari masyarakat sehingga mereka bisa berintegrasi dan memiliki rasa saling memiliki. Rasa saling memiliki dapat menciptakan keutuhan masyarakat secara keseluruhan. Apabila salah satu kelompok berusaha meniadakan kelompok lain, keutuhan masyarakat secara keseluruhan akan terancam.
2) Pola Hubungan Simbiosis Mutualisme
1. Pengertian Integrasi Sosial
Kata integrasi berasal dari bahasa Inggris, integration yang artinya pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Lebih khusus lagi, integrasi bangsa adalah penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam satuan wilayah dan pembentukan identitas nasional. Paul B. Horton memberikan definisi integrasi, yaitu proses pengembangan masyarakat yang mana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi. Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang diharapkan dalam kehidupan masyarakat maka harus tetap dijaga kelangsungannya. Merujuk pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa integrasi sosial sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat.2. Proses Integrasi Sosial
Proses integrasi sosial merupakan proses yang bersifat asosiatif, hal ini dikarenakan dalam proses integrasi diindikasikan adanya gerak penyantun. Integrasi adalah proses yang panjang dalam waktu yang lama. Terjadinya proses integrasi suatu bangsa harus dilandasi suatu cita-cita atau tujuan yang sama sehingga proses integrasi akan bergerak ke arah keseimbangan yang dinamis.Dalam konteks bangsa Indonesia, integrasi harus berjalan secara alamiah. Maksudnya, integrasi harus berjalan sesuai keanekaragaman budaya bangsa dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi peranan politik etnik tertentu.
Jika diperhatikan proses-proses tersebut dapat juga berfungsi untuk meredakan dan mengendalikan konflik,
a. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh pihak yang terlibat konflik. Akomodasi terjadi pada orang-orang atau kelompok yang mau tidak mau harus bekerja sama walaupun dalam kenyataannya mereka berbeda paham. Tanpa akomodasi dan kesediaan akomodasi, pihak yang terlibat konflik tidak akan mungkin bekerja sama untuk selama-lamanya. Jadi, dengan adanya akomodasi integrasi dapat terwujud. Bentuk-bentuk akomodasi adalah coarcion, compromise, arbitration, mediation, convention, consillation, adjudication, stalemate, caase fire, dan displacement.
b. Kerja Sama
Kerja sama merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman. Kerja sama dapat dijumpai dalam masyarakat mana pun, baik pada kelompok kecil maupun besar. Bentuk-bentuk kerja sama adalah bargaining, kooptasi, koalisi, dan Joint venture.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah kerja sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik, yaitu pihak yang menang terhadap pihak yang kalah. Misalnya, saat pemilihan ketua partai politik. Dalam pemilihan tersebut ada dua orang calon ketua OSIS. Setelah dilakukan pemungutan suara diperoleh satu calon ketua. Pemenang mengajak pihak yang kalah untuk bekerja sama demi keutuhan dan integrasi organisasi sekolah yang bersangkutan.
d. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang atau kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Misalnya, perkawinan antarsuku bangsa yang disebut amalgamasi.
3. Faktor Pembentuk, Pendorong, dan Penghambat Integrasi Sosial
Keadaan yang heterogen dan dinamis dalam masyarakat mengakibatkan sering menimbulkan konflik dalam masyarakat tersebut. Akan tetapi, dalam keberagaman tersebut juga terdapat hal-hal yang mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat. Adakalanya konflik dapat terjadi, namun kemudian berhasil diredam dengan berbagai cara sehingga di banyak masyarakat lebih sering terdapat suasana kerukunan dan perdamaian daripada konflik.a. Faktor Pembentuk Integrasi Sosial
Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor yang membentuk integrasi sosial dalam masyarakat.
1) Rasa Saling Memiliki (Sense ofBelonging)
Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok sosial dan kelas-kelas sosial yang beraneka ragam. Setiap kelompok perlu menyadari bahwa kelompok lain adalah bagian dari masyarakat sehingga mereka bisa berintegrasi dan memiliki rasa saling memiliki. Rasa saling memiliki dapat menciptakan keutuhan masyarakat secara keseluruhan. Apabila salah satu kelompok berusaha meniadakan kelompok lain, keutuhan masyarakat secara keseluruhan akan terancam.
2) Pola Hubungan Simbiosis Mutualisme
Pola hubungan simbiosis mutualisme merupakan suatu bentuk kerja sama antara dua kelompok atau lebih yang sifatnya saling menguntungkan pada masing-masing pihak terkait. Untuk mewujudkan hal itu, masing-masing kelompok tersebut harus merasa saling membutuhkan dan bersedia saling mengerti posisi masing-masing. Misalnya, warga pribumi yang bekerja di toko / atau perusahaan milik keturunan orang asing adalah wujud integrasi yang dilandasi hubungan simbiosis mutualisme.
3) Cross-Cutting Affiliations dan Cross-Cutting Loyalities
Cross-cutting affiliations adalah keanggotaan ganda. Hal itu terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang menjadi anggota berbagai kesatuan sosial. Misalnya, suatu ketika terjadi konflik antara warga pendatang dengan penduduk asli. Setelah keduanya saling mengetahui bahwa mereka memeluk agama yang sama, konflik pun segera berakhir.
Cross cutting loyalities berarti adanya loyalitas (kesetiaan) ganda. Disamping menjadi anggota berbagal kelompok sosial, seseorang atau sekelompok orang juga memiliki kesetiaan terhadap kelompok-kelompok sosial yang diikutinya itu. Keanggotaan dan loyalitas ganda itulah yang menetralisasi konflik dan membangun Integrasi antarkelompok sosial.
4) Konsensus
Konsensus adalah kesepakatan bersama yang dibentuk oleh warga masyarakat. Kesepakatan itu menyangkut nilai-nilai dasar yang akan mengikat mereka dalam sebuah masyarakat yang utuh, misalnya integrasi nasional masyarakat Indonesia yang terbentuk berdasarkan konsensus nilai-nilai dasar persatuan dan kesatuan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 1928.
Dalam Sumpah Pemuda, segenap komponen bangsa berikrar bertumpah darah satu, berkebangsaan satu, dan berbahasa satu. Konsensus itu telah terbukti berhasil mengintegrasikan suku-suku bangsa dari Sabang hingga Merauke menjadi satu kesatuan masyarakat, yaitu masyarakat Indonesia.
b. Faktor Pendorong Integrasi Sosial
Dalam integrasi sosial terdapat berbagai faktor yang menjadi pendorong dalam integrasi sosial sebagai berikut.
1) Pengorbanan
2) Toleransi di dalam kelompok sosial.
3) Kesediaan untuk mencapai tingkat konsensus.
4) Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang ada.
5) Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
6) Mengakomodasi timbulnya (kebangkitan etnis).
7) Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi,
8) Menghilangkan pengotak-ngotakan budaya.
c. Faktor Penghambat Integrasi Sosial
Selain terdapat faktor pendorong, juga terdapat faktor penghambat dalam integrasi sosial sebagai berikut.
1) Keragaman dan kemajemukan suku bangsa (heterogen),
2) Wilayah yang luas.
3) Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4) Adanya paham (etnosentrisme) diantara beberapa suku bangsa.
5) Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing.
6) Diskriminasi
a. Integrasi Atas Dasar Paksaan
Integrasi atas dasar paksaan terlihat ketika terjadi konflik antara dua kelompok yang sulit mencapai penyelesaian maka akan dilakukan cara pemaksaan untuk menghentikan permusuhan yang terjadi. Penghentian permusuhan ini dilakukan oleh pihak ketiga yang lebih dominan atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak-pihak yang berkonflik, misalnya pemerintah. Upaya meredam konflik dengan pemaksaan sering pula dilakukan dalam bentuk sanksi dari pemerintah (govemmental sanction). Jenis-jenis sanksi yang lazim diterapkan, antara lain penyensoran media massa, pembatasan partisipasi politik, dan pengawasan.
b. Integrasi Atas Dasar Saling Ketergantungan
Ekonomi Faktor ekonomi memang paling banyak memberikan pengaruh terhadap proses integrasi sosial dalam masyarakat. Tidak ada satupun kelompok sosial dalam masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, mereka selalu memerlukan bantuan orang atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terjadi integrasi sosial.
c. Solidaritas Organis
Solidaritas organis diikat oleh kesadaran saling ketergantungan di antara bagian-bagian dalam masyarakat. Solidaritas ini bertujuan untuk memperkokoh pertahanan kelompoknya dengan berbagai cara, seperti dengan membentuk organisasi sosial untuk kesejahteraan dan pertahanan bersama atau dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk memperkuat ketahanan budaya.
d. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis merupakan integrasi sosial yang didasarkan pada kesadaran kolektif. Solidaritas mekanis dapat dilihat pada organisasi-organisasi keagamaan. Individu-individu yang tergabung dalam organisasi keagamaan tidak diikat oleh paksaan fisik atau harapan mendapatkan keuntungan, akan tetapi karena adanya kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral. Ciri khas dari solidaritas mekanis adalah bahwa solidaritas ini didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan komitmen moral.
3) Cross-Cutting Affiliations dan Cross-Cutting Loyalities
Cross-cutting affiliations adalah keanggotaan ganda. Hal itu terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang menjadi anggota berbagai kesatuan sosial. Misalnya, suatu ketika terjadi konflik antara warga pendatang dengan penduduk asli. Setelah keduanya saling mengetahui bahwa mereka memeluk agama yang sama, konflik pun segera berakhir.
Cross cutting loyalities berarti adanya loyalitas (kesetiaan) ganda. Disamping menjadi anggota berbagal kelompok sosial, seseorang atau sekelompok orang juga memiliki kesetiaan terhadap kelompok-kelompok sosial yang diikutinya itu. Keanggotaan dan loyalitas ganda itulah yang menetralisasi konflik dan membangun Integrasi antarkelompok sosial.
4) Konsensus
Konsensus adalah kesepakatan bersama yang dibentuk oleh warga masyarakat. Kesepakatan itu menyangkut nilai-nilai dasar yang akan mengikat mereka dalam sebuah masyarakat yang utuh, misalnya integrasi nasional masyarakat Indonesia yang terbentuk berdasarkan konsensus nilai-nilai dasar persatuan dan kesatuan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 1928.
Dalam Sumpah Pemuda, segenap komponen bangsa berikrar bertumpah darah satu, berkebangsaan satu, dan berbahasa satu. Konsensus itu telah terbukti berhasil mengintegrasikan suku-suku bangsa dari Sabang hingga Merauke menjadi satu kesatuan masyarakat, yaitu masyarakat Indonesia.
b. Faktor Pendorong Integrasi Sosial
Dalam integrasi sosial terdapat berbagai faktor yang menjadi pendorong dalam integrasi sosial sebagai berikut.
1) Pengorbanan
2) Toleransi di dalam kelompok sosial.
3) Kesediaan untuk mencapai tingkat konsensus.
4) Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang ada.
5) Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
6) Mengakomodasi timbulnya (kebangkitan etnis).
7) Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi,
8) Menghilangkan pengotak-ngotakan budaya.
c. Faktor Penghambat Integrasi Sosial
Selain terdapat faktor pendorong, juga terdapat faktor penghambat dalam integrasi sosial sebagai berikut.
1) Keragaman dan kemajemukan suku bangsa (heterogen),
2) Wilayah yang luas.
3) Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4) Adanya paham (etnosentrisme) diantara beberapa suku bangsa.
5) Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing.
6) Diskriminasi
4. Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial
Integrasi sosial yang terjadi dalam masyarakat juga terjadi secara vertikal maupun horizontal. Integarasi sosial secara vertikal terjadi antara kelas-kelas sosial, sedangkan integrasi .sosial secara horizontal terjadi antara kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa bentuk integrasi sosial yang umumnya terjadi di masyarakat.a. Integrasi Atas Dasar Paksaan
Integrasi atas dasar paksaan terlihat ketika terjadi konflik antara dua kelompok yang sulit mencapai penyelesaian maka akan dilakukan cara pemaksaan untuk menghentikan permusuhan yang terjadi. Penghentian permusuhan ini dilakukan oleh pihak ketiga yang lebih dominan atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak-pihak yang berkonflik, misalnya pemerintah. Upaya meredam konflik dengan pemaksaan sering pula dilakukan dalam bentuk sanksi dari pemerintah (govemmental sanction). Jenis-jenis sanksi yang lazim diterapkan, antara lain penyensoran media massa, pembatasan partisipasi politik, dan pengawasan.
b. Integrasi Atas Dasar Saling Ketergantungan
Ekonomi Faktor ekonomi memang paling banyak memberikan pengaruh terhadap proses integrasi sosial dalam masyarakat. Tidak ada satupun kelompok sosial dalam masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, mereka selalu memerlukan bantuan orang atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terjadi integrasi sosial.
c. Solidaritas Organis
Solidaritas organis diikat oleh kesadaran saling ketergantungan di antara bagian-bagian dalam masyarakat. Solidaritas ini bertujuan untuk memperkokoh pertahanan kelompoknya dengan berbagai cara, seperti dengan membentuk organisasi sosial untuk kesejahteraan dan pertahanan bersama atau dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk memperkuat ketahanan budaya.
d. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis merupakan integrasi sosial yang didasarkan pada kesadaran kolektif. Solidaritas mekanis dapat dilihat pada organisasi-organisasi keagamaan. Individu-individu yang tergabung dalam organisasi keagamaan tidak diikat oleh paksaan fisik atau harapan mendapatkan keuntungan, akan tetapi karena adanya kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral. Ciri khas dari solidaritas mekanis adalah bahwa solidaritas ini didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan komitmen moral.