Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keterkaitan atau hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Untuk itulah di-perlukan pendekatan-pendekatan untuk menyelesaikan masalah geografi. Pendekatan dalam mempelajari geografi dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan sebagai berikut.
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan ketampakan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu ketampakan titik (point features), ketampakan garis (line features), dan ketampakan bidang (areal features). Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan men-jawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. What? Struktur ruang apa itu?
b. Where? Di mana struktur ruang tersebut berada?
c. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
d. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
e. How? Bagaimana proses terbentuknya struktur seperti itu?
f. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia? Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan. Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster tinier pattern untuk ketampakan-ketampakan titik dapat diidentifikasi.
Agihan ketampakan areal (bidang) dapat berupa ketampakan yang memanjang (linier/axial/ribon), ketampakan seperti kipas (fan-shape pattern), membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), gurita (octopus shape pattern), bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi di muka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang. Oleh karena itu, analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dimensi waktu (temporal dimension). Dalam hal ini, minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari. Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut. 'Tiga tahun terakhir ini Sungai Bengawan Solo sering tidak blsa menampung air yang masuk.' Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu, diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Pada tahap pertama, perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo tersebut. Pada tahap ini, dapat diidentifikasi fenomena/objek-objek yang terdapat di kawasan tersebut. Pada tahap kedua, dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan karakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, tidak curam, landai, dan datar. Pada tahap ketiga, ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang perlu dikonservasi, penyangga, dan budi daya. Dengan demikian, tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Banjir, erosi, dan tanah longsor dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budi daya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikarinya, keterampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu teriihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir.
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatialpattern), dan proses (spatial processess).Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan ketampakan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu ketampakan titik (point features), ketampakan garis (line features), dan ketampakan bidang (areal features). Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan men-jawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. What? Struktur ruang apa itu?
b. Where? Di mana struktur ruang tersebut berada?
c. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
d. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
e. How? Bagaimana proses terbentuknya struktur seperti itu?
f. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia? Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan. Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster tinier pattern untuk ketampakan-ketampakan titik dapat diidentifikasi.
Agihan ketampakan areal (bidang) dapat berupa ketampakan yang memanjang (linier/axial/ribon), ketampakan seperti kipas (fan-shape pattern), membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), gurita (octopus shape pattern), bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi di muka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang. Oleh karena itu, analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dimensi waktu (temporal dimension). Dalam hal ini, minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari. Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut. 'Tiga tahun terakhir ini Sungai Bengawan Solo sering tidak blsa menampung air yang masuk.' Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu, diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Pada tahap pertama, perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo tersebut. Pada tahap ini, dapat diidentifikasi fenomena/objek-objek yang terdapat di kawasan tersebut. Pada tahap kedua, dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan karakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, tidak curam, landai, dan datar. Pada tahap ketiga, ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang perlu dikonservasi, penyangga, dan budi daya. Dengan demikian, tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Banjir, erosi, dan tanah longsor dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budi daya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikarinya, keterampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu teriihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir.
2. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)
Pendekatan kelingkungan merupakan analisis berdasarkan interaksi manusia dengan lingkungannya yang membentuk ekosistem. Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, pendekatan lingkungan menekankan pada ketertarikan antara suatu fenomena geosfer dengan variabel lingkungan yang ada.Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, serta kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Kerangka analisis pendekatan kelingkungan tidak hanya mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan fisik, tetapi juga mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan fenomena alam dan perilaku manusia. Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut. Masalah yang terjadi adalah meluapnya Sungai Bengawan Solo. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut,
a. Mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasl itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, topografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
b. Mengidentifikasi gagasan, sikap, dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
c. Mengidentifikasi sistem budi daya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam dan Irigasi).
d. Menganalisis hubungan antara sistem budi daya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
e. Mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu, fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antarwilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu, ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai objek bersifat multivarian, maka kajian bersifat horizontal dan vertikal. Kajian horizontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariatif juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a. Menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama.
b. Menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua.
c. Menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota.
a. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang, dan perencanaan ruang. Dalam analisis keruangan dikumpulkan data ruang di suatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (area), dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
b. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya, dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
c. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya, dan masalah dalam ruangan, Interaksl antarvarlabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan memengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi, fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai altematif pemecahan.
Kerangka analisis pendekatan kelingkungan tidak hanya mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan fisik, tetapi juga mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan fenomena alam dan perilaku manusia. Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut. Masalah yang terjadi adalah meluapnya Sungai Bengawan Solo. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut,
a. Mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasl itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, topografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
b. Mengidentifikasi gagasan, sikap, dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
c. Mengidentifikasi sistem budi daya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam dan Irigasi).
d. Menganalisis hubungan antara sistem budi daya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
e. Mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu, fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
3. Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah mendasarkan pada kombinasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan kelingkungan (ekologi). Pendekatan ini menekankan pengertian areal differentiation, yaitu tiap-tiap wilayah memiliki perbedaan karakteristik. Perbedaan ini mendorong suatu wilayah berinteraksi dengan wilayah lain.Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antarwilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu, ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai objek bersifat multivarian, maka kajian bersifat horizontal dan vertikal. Kajian horizontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariatif juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a. Menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama.
b. Menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua.
c. Menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota.
4. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam mengkaji, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), dipertukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun objek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi tiga macam bentuk pendekatan, antara lain pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan, dan pendekatan kewilayahan.a. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang, dan perencanaan ruang. Dalam analisis keruangan dikumpulkan data ruang di suatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (area), dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
b. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya, dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
c. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya, dan masalah dalam ruangan, Interaksl antarvarlabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan memengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi, fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai altematif pemecahan.