a. Munculnya demonstrasi mahasiswa
Aksi-aksi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa dan kaum cendekiawan mulai melontarkan adanya reformasi. Adapun tuntutan-tuntutan yang disampaikan oleh para demonstran pada saat itu antara lain:1) Turunnya harga sembako (sembilan bahan pokok).
2) Penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
3) Turunnya Soeharto dari kursi kepresldenan.
Gerakan reformasi yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa dan cendekiawan tersebut akhirnya semakin mendapat simpati dari berbagai lapisan masyarakat yang di antaranya dari ulama, tokoh-tokoh agama lainnya, para purnawirawan ABRI, tokoh-tokoh partal dan kelompok-kelompok oposisi,
Sejak bulan Feburari 1998 demonstrasi mahasiswa di kampus semakin meluas di berbagai kota di Jawa dan iuar Jawa. Demonstrasi mahasiswa terjadi di kota-kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, Bandar Lampung, Palembang, Padang, dan Medan. Demonstrasi menuntut adanya reformasi total.
b. Pernyataan sikap.pemerintah
Presiden Soeharto memberikan tanggapan atas adanya gerakan reformasi tersebut menyatakan bahwa reformasi politik baru dapat dilaksanakan setelah tahun 2003. Akibat pernyataan tersebut, rakyat justru semakin berani untuk melakukan demonstrasi, terutama yang digelar oleh berbagai universitas. Akibatnya aparat keamanan semakin bertindak keras terhadap para demonstran. Bentrokan tersebut bahkan sampai membawa korban jiwa pada tanggal 1 Mei 1998 di Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, seorang mahasiswa Sanata Dharma yang bernama Moses Gatotkaca meninggalc. Kekecewaan terhadap Kabinet Pembangunan VII
Pada tanggal 10 Maret 1998 Jenderal Soeharto terpilih kembali sebagai presiden Republik Indonesia periode 1998-2003 untuk yang ketujuh kalinya. Kemudian disusul dengan adanya pengumuman pelantikan Kabinet Pembangunan VII. Rakyat Indonesia banyak yang kecewa terhadap hasil susunan kabinet yang dinilai sarat dengan adanya rekayasa dan berbau nepotismed. Tragedi Trisakti
Pada tanggal 12 Mei 1998 diadakan aksi damai menuntut pemerintah agar memperhatikan nasib rakyat akibat kenaikan harga BBM. Dalam aksi tersebut temyata terjadi bentrokan antara aparat keamanan dengan mahasiswa yxang mengakibatkan empat mahasiswa meninggal dunia karena tembakan peluru tajam dan 20 lainnya luka-luka. Empat mahasiswa yang tewas adalah Elang Mulaya Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan dan Afidin Alitidin Rovan. Tertembaknva empat mahasiswa Trisakti menyulut api kemarahan para demonstran mahasiswa dan aktivis reformasi lainnya. Empat mahasiswa Trisakti yang tewas tersebut kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Reformasi.e. Kerusuhan Mei 1998
Akibat tewasnya empat mahasiswa Trisakti dalam demonstrasi tanggal 12 Mei 1998 menyebabkan kemarahan rakyat. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan di Jakarta setelah pemakaman keempat mahasiswa tersebut. Kerusuhan dimulai dengan pengrusakan terhadap pompa bensin dan pos polisi di seberang Kampus Trisakti. Pengrusakan menjalar ke wilayah kota, tetapi masih dalam sekala kecil. Keesokan harinya tanggal 14 Mei 1998, kerusuhan besar-besaran menjalar ke seluruh kota Jakarta. Massa mengamuk, merusak dan membakar bangunan-bangunan tempat perdagangan, kantor-kantor, mall, supermarket, bank dan kendaraan bermotor. Dari Jakarta kerusuhan terus menjalar di kota-kota sekitar Jakarta seperti Bekasi dan Tangerang. Selain di sekitar Jakarta, kerusuhan juga menjalar sampai di kota Solo. Kerusuhan tersebut kemudian terkenal dengan nama Kerusuhan Mei 1998.f. Pendudukan Gedung DPR/MPR
Pada tanggal 18 Mei 1998, kompleks Gedung DPR/MPR di Senayan berhasil diduduki oleh mahasiswa. Ketika di pelataran gedung DPR/MPR mulai dipadati mahasiswa. Pimpinan DPR/MPR mengadakan rapat untuk merespon tuntutan mahasiswa. Rapat tersebut dihadiri oleh Ketua' DPR/MPR, Harmoko dan seluruh wakil ketuanya. Keputusan rapat ternyata sangat mengejutkan semua pihak, karena DPR yang didominasi oleh Golkar, partainya Suharto temyata membuat keputusan meminta agar Suharto dengan ikhlas untuk mengundurkan diri sebagai presiden.Hasil keputusan rapat pimpinan DPR/MPR tanggal 18 Mei 1998 ditindaklanjuti dengan mengajak rapat semua pimpinan fraksi di DPR. Tanggal 19 Mei 1998, rapat pimpinan dewan dan pimpinan fraksi menyepakati tentang pengunduran Soeharto sebagai presiden. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa pengunduran diri hendaknya dilakukan secepatnya. Keputusan tersebut akhimya disampaikan ke presiden melalui surat dan meminta waktu untuk berkonsultasi.